Bagaimana Berlalunya Waktu Memengaruhi Perspektif Hidup

Prompt tulisan harian
Bagaimana peristiwa hidup penting atau berlalunya waktu memengaruhi perspektif Anda dalam hidup?

Prompt menarik. Ada dua pertanyaan, aku pilih pertanyaan kedua tentang bagaimana berlalunya waktu memengaruhi perspektif hidup. Di usia 30, mostly ups and downs kehidupan sudah dijalani. Mulai dari masa anak-anak, remaja, sekolah, teman, konflik, beberapa sudah menikah, punya anak, memiliki pekerjaan.. Paling tidak ada satu dua hal yang kita bisa ambil setelah melalui dekade ketiga kehidupan ini.

Photo by Clay Banks on Unsplash

Apa yang penting, apa yang tidak penting

Di usia 30, aku mulai bisa memilah apa yang penting dan apa yang tidak penting. Semakin bertambah tahun, semakin mengerucut pula apa yang benar-benar berarti dan apa yang it’s okay untuk ditinggalkan.

Contohnya, dulu aku sudah suka gambar, di usia 20-an sempat agak serius, dan baru di usia 30-an ini baru memutuskan kalau ini sesuatu yang penting untuk dilanjutkan, bahkan mungkin juga bisa menjadi profesi masa depan.

Urusan sosial juga begitu. Dulu, aku suka ikut ini, ikut itu, karena tidak mau ketinggalan. Sekarang? Kalau tidak merasa diterima, tidak merasa butuh, atau ada self-need lain yang lebih penting, aku memilih untuk tidak melakukan. Bukan sesuatu yang penting.

Untuk target tulisan KLIP juga aku yakin hanya berlomba dengan diri sendiri. Tidak peduli apakah akan masuk 19 besar kategori tertentu atau tidak. Pokoknya, tujuan aku hanyalah untuk merutinkan menulis, yang untuk saat ini targetnya adalah 10 artikel per bulan. Kalau diriku yang dulu, aku pasti akan menargetkan menjadi 10 besar minimal di satu kategori. Tidak peduli sebelumnya sudah menulis rutin atau belum. Dan, bakalah stop menulis ketika target itu tidak tercapai. Saat ini? No. Aku hanya berusaha untuk memacu diri di lintasanku sendiri.

Lebih punya pendirian

Sebelum usia 20, hidup aku terasa datar-datar saja. SD, SMP, SMA, lanjut kuliah. That’s itu.

Ketika usia 22 tahun ke atas baru mulai terasa banyaknya pro kontra di sana sini. Banyak keputusan-keputusan yang perlu aku ambil, yang tidak semuanya menyenangkan semua orang.

Awalnya sih suka terbawa ombak, berubah keputusan, emosi naik turun, lama kelamaan aku jadi lebih bodo amat dengan yang lain.

Keputusan tidak kerja kantoran lagi, keputusan punya sekian anak, hingga keputusan sehari-hari seperti makan apa, masak apa, bisa menjadi faktor ke-pusing-an yang terus menerus.

Kalau kamu sedang menjalani masa-masa itu, yakin saja bahwa kamu bisa lebih teguh pendirian di waktu selanjutnya.

Lebih bijaksana

Pastinya, seiring dengan banyaknya pengalaman, kita bisa semakin menilai baik buruknya sesuatu.

Salah satu yang paling membuatku bijaksana, lebih dari pada tahun-tahun dahulu adalah tentang karma. Tidak tahu kenapa, sepertinya buruknya apa yang aku lakukan bisa terasa balasannya. Hahaha. Makanya, sebisa mungkin aku berusaha berbuat baik, melakukan yang benar meskipun terasa merugikan, dan lebih santai ketika menghadapi musibah.

Tiga poin itu saja yang terpikir untuk saat ini. Intinya, semoga ‘tua’, perspektif hidup kita menjadi lebih baik. Aamiiin.